Soko Kreatif

Bingung Kenapa Idul Adha Tanggalnya Beda? Cari Tahu Jawabannya di Sini!

Info penting. Kenapa Idul Adha jatuh di tanggal berbeda? Simak penjelasan tentang metode hisab dan rukyat serta makna perbedaan tanggal perayaan Idul Adha.

By Tondini Alief Harahap  | Sokoguru.Id
05 Mei 2025
<p>Foto umat muslim sedang melaksanakan salat, dul Adha 2025 tiba, meski tanggalnya berbeda, semangat pengorbanan tetap sama. Perbedaan metode hisab dan rukyat hanya bagian dari keberagaman yang memperkaya makna ibadah kurban kita.(Foto: pexels)</p>

Foto umat muslim sedang melaksanakan salat, dul Adha 2025 tiba, meski tanggalnya berbeda, semangat pengorbanan tetap sama. Perbedaan metode hisab dan rukyat hanya bagian dari keberagaman yang memperkaya makna ibadah kurban kita.(Foto: pexels)

SOKOGURU - Menjelang perayaan Idul Adha, banyak umat Islam di Indonesia yang bertanya-tanya, "Mengapa Hari Raya Idul Adha bisa jatuh di tanggal yang berbeda?.
Fenomena ini sering terjadi setiap tahunnya. Bahkan, ada sebagian orang yang sudah melaksanakan salat Id dan berkurban pada satu hari, sementara yang lainnya melakukannya keesokan harinya.

Namun, jangan khawatir. Perbedaan ini bukan masalah besar, lho! Justru, hal ini berkaitan dengan perbedaan metode dalam menetapkan awal bulan Dzulhijjah.
Bulan di mana Idul Adha jatuh. Mari kita kupas tuntas alasan di balik fenomena ini.

Dua Metode Penetapan Tanggal: Hisab dan Rukyat


Ada dua metode utama yang digunakan oleh umat Islam untuk menentukan awal bulan Hijriah, termasuk bulan Dzulhijjah yang menjadi dasar perayaan Idul Adha, yaitu hisab dan rukyat.

1. Hisab: Perhitungan Astronomis
Metode hisab merupakan cara yang mengandalkan perhitungan astronomi atau ilmu falak. 
Dengan menggunakan data posisi bulan dan matahari, metode ini dapat menghitung secara presisi kapan hilal (bulan sabit pertama) akan muncul setelah matahari terbenam.

Metode ini digunakan oleh Muhammadiyah, yang menganggap bahwa jika hilal sudah berada di atas ufuk,
Maka, bulan baru bisa dimulai, meskipun hilal tersebut tidak terlihat langsung.

2. Rukyat: Pengamatan Langsung Hilal
Berbeda dengan hisab, metode rukyat mengharuskan pengamatan langsung terhadap hilal, yaitu bulan sabit pertama yang terlihat setelah matahari terbenam. 

Jika hilal terlihat, maka hari berikutnya adalah awal bulan baru.

Metode ini digunakan oleh Pemerintah Indonesia, yang melakukan pengamatan hilal di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. 
Selain itu, Nahdlatul Ulama (NU) juga mengandalkan metode rukyat untuk menetapkan awal bulan Hijriah.

 

Kenapa Tanggalnya Bisa Berbeda?


Perbedaan antara hisab dan rukyat inilah yang menyebabkan Idul Adha bisa jatuh pada tanggal yang berbeda. Misalnya, dalam beberapa tahun.
Metode hisab mungkin sudah memprediksi hilal muncul lebih awal, sementara pengamatan rukyat di lapangan belum dapat melihat hilal tersebut karena cuaca atau faktor lainnya.

Pihak yang mengikuti hisab akan menetapkan tanggal lebih awal, sementara pihak yang mengikuti rukyat akan menunggu sehari lagi hingga hilal benar-benar terlihat. 
Hal ini sering terjadi, bahkan antara negara-negara yang terpisah oleh jarak, seperti di Arab Saudi dan Indonesia.

Apakah Perbedaan Ini Bermasalah?


Perbedaan ini bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Dalam Islam, perbedaan metode penetapan awal bulan Hijriah sudah diakui sejak zaman dahulu. Bahkan, Imam Syafi’i dan Imam Malik memiliki pandangan berbeda mengenai metode rukyat dan hisab, namun keduanya tetap dianggap sah.

Yang lebih penting adalah menjaga persatuan meskipun ada perbedaan. Tujuan dari ibadah Idul Adha tetap sama: untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui pengorbanan dan kebaikan.

 

Jadi, Ikut Tanggal Mana?


Tentu saja, setiap orang bisa memilih untuk mengikuti penetapan tanggal yang sesuai dengan keyakinannya.
Misalnya, jika kamu mengikuti ormas Muhammadiyah, kamu akan merayakan Idul Adha berdasarkan perhitungan hisab.
Sebaliknya, jika kamu mengikuti pemerintah atau NU, kamu akan merayakan berdasarkan hasil rukyat.

Yang terpenting adalah menghormati perbedaan ini dan tetap menjaga semangat kebersamaan dalam merayakan Hari Raya Idul Adha.

 

Inti dari Idul Adha: Pengorbanan dan Kepedulian Sosial

Lebih dari sekadar tanggal, makna Idul Adha adalah tentang pengorbanan, baik secara spiritual melalui berkurban, maupun sosial dengan berbagi kepada sesama. 
Semua umat Islam, apapun tanggalnya, memiliki tujuan yang sama: menghormati pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan menghidupkan nilai kepedulian terhadap sesama.

 

Bersatu dalam Perbedaan


Perbedaan tanggal Idul Adha di Indonesia dan negara-negara lainnya menunjukkan bahwa Islam itu luas dan penuh toleransi terhadap perbedaan ijtihad (pendapat).
Jangan sampai perbedaan ini menyebabkan perselisihan, karena yang terpenting adalah kualitas ibadah dan semangat untuk berbagi kepada sesama.

Selamat merayakan Idul Adha, kapan pun Anda merayakannya. Semoga Allah SWT menerima ibadah kurban kita dan menjadikan kita hamba-Nya yang lebih ikhlas dan peduli. (*)